USOPP’S GREAT ADVENTURE - CHAPTER 0



Chapter 0.
“Ada bajak laut datang, ada bajak laut datang, ada bajak laut datang”, suara itu selalu menggema setiap pagi. Terkadang aku terenyuh rindu, merangkul lututku sambil menjernihkan pikir,

“Sedang apa dia sekarang? Apakah dia masih sama, atau sudah menjadi seseorang yang berbeda?”

Selepas kepergiannya, aku dan dua sahabatku menjaga nona Kaya. Sama dengan kami bertiga, Nona sangat merindukan sosoknya. Dua tahun sudah sejak ia pergi, kini Nona semakin dekat dengan mimpinya, mejadi seorang dokter yang baik.

Setiap pagi ia menatap jendela kamarnya, melihat ke arah cabang pohon yang menua. Sekilas teringat sosoknya yang periang, yang heboh penuh kebohongan, namun hangat dan menyenangkan. Namun sesaat sadar menghampiri, sosok itu memudar terkena bias mentari.

=======================

Beberapa bulan setelah kepergiannya, lautan dihebohkan. Sebuah tragedi besar telah terjadi, tentang sekelompok pemula yang menantang pemerintah dunia. Warga desa heboh! Surat kabar pagi yang mengguncang seisi pulau. Kucari kesempatan untuk melihat isinya, dan malah terperanjat kaget luar biasa. Sesak napasku, dadaku serasa penuh, desir darahku, berdiri romaku, antara bahagia dan tidak percaya, tertulis di sana “Bajak Laut Mugiwara, Menantang Dunia!”

Beberapa lembar poster buronan turut serta. Terpampang wajah Luffy, Zoro, dan Nami di sana, juga ada beberapa orang yang tak pernah kulihat sebelumnya. Robin, Chopper dan Franky nama dan wajah mereka masih asing bagi kami. Namun, ada satu sosok misterius yang mengganggu pikiranku, sontak  aku berlari menuju markas rahasia, dengan harap mendapat jawabnya.

Setibanya di sana, nampak dua kawanku menatap sebuah papan. Tangan menobang dagu mereka. Sesekali Ninjin menggaruk kepalanya. Sementara Piiman memiringkan kepala sambil mengkerutkan dahinya. Rupanya keduanya sedang berduel catur seperti biasa.

“Hey, Minna, be.. berita besar, berita besar!” teriakku mengagetkan mereka.

“Ooy, Tamanegi, tenanglah sedikit!” ucapkan kawanku Piiman.

“Ga..wat.. ka..ka..kapten.. kapten..”

“Hoy, tenanglah, ini minum dulu” Ninjin menenangkanku.

“Gawat, Kapten, Kapten jadi buronan” ungkapku.

“Ha? Kapten? Buronan? HAHAHAHAHAHA, kau baru bangun tidur ya? Kau pasti bermimpi” ejek mereka tak percaya.

“Ini serius! Lihat, baca Koran ini” kutunjukkan sumber beritanya.

“Mu..gi..wa..ra, me..nan..tang..du..ni..a, mugiwara menantang dunia?” kaget Ninjin.

“Mereka bertanggung jawab atas kehancuran Enies Loby! Hebat bukan?” Ucapku,

“Mugiwara itu? Apakah benar mugiwara yang itu?” tanya Piiman.

“Tentu saja, lihat!” kutunjukkan poster buronan mereka.

“Woaaaa kereeen, waa mereka benar-benar telah menjadi bajak laut sungguhan”, respon mereka berdua.

“Pastilah bodoh, Luffy sudah pernah mendapat buronan seharga 30juta dan 100juta, Zoro juga mendapat buronan 60juta, dan di poster itu ada foto kapten kita, hahahaha”, kataku dengan bangga.

“Lihat! Monkey D Luffy, 300 juta, Zoro 120juta, Nami 16 juta, waaah mereka hebat!”, Ninjin terkagum-kagum.

“Robin? Chopper? Franky? Siapa mereka? Dan lagi, mana poster kapten kita??” Tanya Piiman.

“Bodoh! Kapten itu pengecut, jadi mungkin dia besembunyi agar tidak jadi buronan!” jawab Ninjin.

“Ck.Ck.Ck… Kalian terlalu meremehkan kapten kita!” ucapku.

“Haa? Hey Piiman, apa Tamanegi salah makan?” tanya Ninjin pada Piiman.

“Kurasa dia sedang demam.” Jawab Piiman.

“Aku baik-baik saja sialan!!” Protesku.

“Lantas, apa yang ingin kau tunjukkan sebenarnya??” Tanya Ninjin penasaran.

“KA.KA.KA… Bersiaplah kalian! Persiapkan diri kalian, jangan sampai pingsan!!” Kataku mengulur waktu.

“AAAaaaa mooo… Lama sekali kau!” Protes Ninjin.

“Oy oy, nii chan, sabar sedikit, kabar paling penting memang datangnya harus belakangan! Biar seru!” ungkapku.

“Ayolah Tamanegi, beritahu saja! Kau sungguh menyebalkan hari ini!” Kata Piiman.

Akhirnya aku menunjukkan hasil temuanku yang luarbiasa kepada mereka.

“Taraaaaa, lihat ini!” kataku sambil mengeluarkan poster terakhir.

“So..ge..king? siapa dia?” tanya Piiman kebingungan.

“Sogeking? Terus? Apalagi?” Kata Ninjin dengan kerut di dahinya.

“Oy oy, ayolah… Hi-dung… Hidungnya, Lihat hidungnya, hihihihi” jawabku cengengesan sambil menunjuk hidung di Poster.

Raut wajah mereka perlahan berubah, nampaknya mereka akhirnya menyadari sesuatu. Bahkan Ninjin sampai ternganga karenanya.

“Jangan-jangan?” Ninjin mulai sadar.

“Hihihi” tawaku sambil membanggakan diri.

“Waaaaaaa… Ini Kapten! Tidak salah lagi! Pasti dia! Ini Pasti Kapten! Sogeking ini pasti Kapten! Lihat hidungnya!” sambung Ninjin kegirangan.

“Tatatatata-tapi… 30juta? Apa ini nyata? Kapten adalah buronan seharga 30juta? Tidak bisa dipercaya!” Kata Piiman mebalas reaksi Ninjin.

“Bodoh! Tentu saja ini kapten! Pasti! Mungkin nilainya terlalu kecil, tapi ini jelas-jelas kapten!” pungkasku.

“Bukan begitu!?  Justru kupikir ini terlalu besar untuknya. Lagipula, lihat! Dia pakai topeng.” sanggah Piiman.

Kamipun sejenak terdiam, merenung dan mengingat sosok kapten kami. Kemudian kami lemas seketika dan langsung meragukannya. Maka dari itu, untuk memastikannya kami pergi menemui Nona Kaya. Kalau beliau, pasti akan tahu kebenarannya. Lagipula dia adalah orang yang paling peka untuk hal-hal berbau kapten.

Sesampainya di tempat Nona Kaya, kami tanpa basa-basi langsung menanyakannya.

“Hai Nona Kaya!” Sapa kami.

“Eh? Oh..Hai kalian semua…” dia menjawab sapaan kami dengan senyum manisnya.

“apa Nona sudah membaca surat kabar pagi ini?” tanyaku tanpa lagi basa-basi.

“Hm..? Oh.. yang itu? Kuharap Luffy san dan semuanya baik-baik saja,”  jawabnya.

“Kalau gitu, sudah lihat poster buronan mereka?” sambungku bertanya.

“Poster? Memangnya ada hal – hal seperti itu juga?” tanya ia bingung.
“Hm.. sudah kuduga, Merry san tidak mungkin memperlihatkanmu hal-hal seperti ini, apa boleh buat, lihat ini!” jawabku sambil menunjukan poster sogeking padanya.

“I-ini… Tidak salah lagi, ini dia, kenapa dia memakai topeng seperti ini? Dia juga terlihat babak belur, tapi  syukurlah jika dia baik – baik saja.” responnya bahagia sambil memeluk poster itu.

“Benar kan? Itu Kapten Kan?” serempak kami bertanya.

“Tidak salah lagi, ini dia. Akhirnya aku bisa melihatnya meski di poster, Ya Tuhan.. syukurlah dia baik-baik saja” jawabnya kegirangan.

“Sudah kuduga! Nona Kaya memang  ahli kapten!”, kata Ninjin.

“Tapi, kurasa warga desa tidak akan ada yang percaya bahwa itu kapten.” sambung Piiman.

“Tidak apa-apa!  lagipula kapten meminta kita merahasiakan perjuangannya. Ingat! kapten adalah orang yang bebas” jawabku.

“Kalau begitu, aku akan melanjutkan belajar kedokteranku, kalau-kalau dia pulang, aku jadi bisa merawatnya” kata Nona Kaya seraya pergi dengan senyum indahnya.

“Agggh… kapteeen!! Siaaall!!.. aku iri!!.. Kau punya pacar cantik yang menanti kepulanganmu!!” Teriak Piiman.

“Eh? Apa? Pacar? Aku? Eh.. eh.. anu.. soal itu.. anu… etto..” Nona Kaya menoleh dengan wajah merah, dia tidak bisa menyembunyikan rasa malunya.

“Hus! Piiman! Ninjin!.. Sssstt”, kataku sambil memberi isyarat untuk diam.
“Kalian bertiga.. ssstt… Ra.Ha.Si.A.. oke?”, kata Nona Kaya sambil meletakan 1 telunjuk dibibirnya dan mengedipkan mata kanannya.

“Ma-maafkan kami!”

“Sssst!!”

“Hahahaha” respon kami, disambut gelak tawa semuanya.

Sejak kejadian hari itu, kami merahasiakan keberhasilan kapten, hingga berita duka tentang menghilangnya “Bajak Laut Mugiwara”  tersebar ke penjuru dunia. Kami semua terpukul, terlebih kami tidak bisa menemukan berita apapun menyangkut keadaan kapten. Nona Kaya adalah orang yang paling bersedih, tapi hebatnya… ia tidak pernah lupa untuk tersenyum di hadapan kami. Kami tahu, bahwa hatinya pasti hancur, dan amat khawatir akan keadaan kapten. Namun kami tidak bisa berbuat apa-apa selain berharap, kapten baik-baik saja.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »